Thursday, December 22, 2011

These places I called home.....

These are 10 top villas & hotels in Bali.. *IMO*
Nice views, great architecture, unique concept, and stylish furnitures, just make them a perfect places to stay..

#1. Alila Villas Uluwatu



Poised on an elevated plateau that meets with limestone cliffs sweeping down to the ocean, the view from the Alila Villas Uluwatu is nothing less than picture-perfect. Here contemporary Bali-inspired living design seamlessly integrates with personal journeys of cultural richness, continuing the Alila tradition of a total destination experience that is serene, sensual, and surprisingly different. 


Alila Villas Soori is a blissful paradise setting for beachfront living at its most relaxing, most stylish and luxurious. Located along the southwest coast of Bali in the Tabanan Regency, Alila Villas Soori gracefully lies between beautiful black-sand beaches and verdant rice terraces with the mystical Mount Batukaru in the distant horizon.

#3. Banyan Tree Ungasan

With unrivalled panoramic views of the Indian Ocean, Banyan Tree Ungasan features distinct traditional Balinese touches that blend seamlessly with the mystic charm of its natural surroundings.



It rests on the south west tip of Bali in lovely gardens on a high cliff top, above a white sand beach. The villa offers one of the best views in Bali, with a grand vista of the ocean. The villa’s charm lies in its design. It is made up of two clusters of traditional, antique, wooden houses from Java. The villas are set in a huge garden, with dense beds of yellow flowers, gently swaying palms, shrubs and trees. The villa is quite different from any other luxury Bali villa or luxury Bali resort.

#5. Bvlgari Hotel


The Bulgari Resort is located in one of the most exclusive destinations in the world, a veritable emblem of the tropical exoticism of the Orient, combining the breathtaking beauty of unspoiled nature with a sophisticated contemporary design born from the encounter between traditional Balinese forms and high Italian style.

#6. The Istana


The west facing Istana resides on a southwestern tip of Bali, Indonesia, in an area named The Bukit. This five suite estate overlooks white sand beaches and a lagoon abundant with sea life and coral, and at night, magical sunsets.When the trade winds blow, a massive swell crashes onto the surrounding reef, crafting waves that attract worldwide surfing attention; the breaks are rated the fifth best in the world. Uluwatu beach is only a ten minute walk from the villa.

#7. The Royal Santrian


The Royal Santrian is an elegant haven by the sea, a collection of luxury villas designed to fulfill your desires for seclusion, comfort and the good life. The resort's 2.5 hectares of lush tropical gardens slope gently down to a sparkling white sand beach. In these verdant and peaceful surroundings, you are invited to indulge in a taste of truly royal Balinese hospitality.

#8. Ayana Resort & Spa


Ayana Rock Bar
Set on 77 hectares of cliff-top tropical gardens perched 35 meters above Jimbaran Bay, AYANA Resort and Spa enjoys majestic views and a secluded location, yet is just 10 kilometers from Bali’s airport. With a 290-room hotel and 78 private freestanding villas spread out along its 1.3 kilometer coastline, this is the most spacious and one of the most acclaimed Bali luxury hotels.

#9. St.Regis Hotels & Resorts


Tranquility and barefoot elegance entwine on the soft, sandy beaches of Nusa Dua, the Garden of Bali. Swim through calm blue lagoons and savour the feeling of a lavishly appointed private residence. This St. Regis address is like no other. Revel in the spacious luxury of 121 suites and villas, each beautifully appointed with handcrafted Balinese art, inviting balconies and large marble bathrooms. Fragrant gardens and private pools surround magnificent villas and residences.

#10. Anantara Seminyak Resort & Spa


Discover the joys of Bali’s upscale enclave at Anantara Seminyak Resort & Spa, an elegant retreat Bali hotel situated in a prime beachfront location. Awaken to the rustle of a sea breeze through coconut palms. Toast the world famous Seminyak sunsets from your private balcony. Dive into Balinese culture and unique island discoveries from this sought after stretch of shore.

Monday, December 19, 2011

Hanoi - Halong City - Danang in 3 Nights

Dalam perjalanan kali ini kami ber-3 menginjakkan kaki sekaligus di 3 kota di Vietnam, selama 3 malam, menggunakan 3 jenis transportasi yang berbeda. Tujuannya untuk business trip, bukan jalan-jalan –selain gw-. Perjalanan kali ini juga kurang menantang mengingat one of us adalah orang lokal, jadi kemungkinan tersesat dan lost in translation –seperti sebelumnya- cukup kecil. 
 
Day 1, HCM – Hanoi by Jetstar
Ternyata airport Tan Son Nhat yang awalnya cukup gw kagumi, mengalami penurunan drastis di terminal domestiknya. Untunglah pesawat ga delay jadi ga perlu berlama-lama disini. Perjalanan memakan waktu lebih kurang 2 jam 10 menit. Sesampainya di airport Hanoi –yang juga kurang menarik- kami langsung mencari bus orange besar bertuliskan Jetstar untuk menuju ke pusat kota Hanoi. Tiket bus sebelumnya udah dibeli waktu di dalam pesawat, guna menghindari argo taxi yang mahal atau mini bus di depan airport yang bakal sumpek n sesak. Perjalanan ke pusat kota lebih kurang 1 jam. 
Sesampainya di pusat kota, kami langsung mencari si mobil hijau alias Mailinh Taxi menuju ke hotel di Old Quarter. Kesan pertama tentang Hanoi tentunya jauh dibanding HCM, HCM nampak lebih maju pembangunannya, kendaraan di Hanoi juga lebih semrawut. Tapi cuaca di Hanoi lebih asik dibanding HCM yang kurang variatif –kalo ga panas menyengat ya hujan- saat ini di Hanoi suhunya sekitar 13 derajat, cukup dingin. 
Jalanan masuk ke Old Quarter, masih cukup lebar
Old Quarter
Disini pusatnya turis” yang berkunjung ke Hanoi. Kompleks ini sungguh sangat semrawut dengan puluhan gang yang sempit dan dipenuhi turis pejalan kaki, tukang cyclo, motor” yang berlalu lalang, plus taxi yang tak berhenti mengklakson dan kurang sadar diri -mengingat badannya yang paling besar dan makan tempat- Tapi justru tempat inilah yang jadi daya tarik buat para turis. Nama jalanan di kompleks Old Quarter ini dinamai sesuai dengan jenis barang yang dijual. Jadi jangan heran kalo dalam satu gang, jenis barang yang dijual sama. Lebih lengkapnya bisa dilihat disini
Old Quarter Street, full of tourist
  
 Gia Thinh Hotel,

Setelah bingung melihat keramaian di Old Quarter, gw memberanikan diri jalan sendirian –while the others doing their business trip- mengelilingi kota ini. Tujuan utama Ho Chi Minh Mausoleum n West Lake. Untunglah si hotel punya peta yang cukup enak dilihat dan juga sepanjang jalan banyak cafe yg nyediain Wi-Fi tanpa password, jadi begitu mulai bingung, tinggal buka map dari iTouch *big grin* Alhasil setelah lebih kurang 45 menit sampai juga di Ho Chi Minh Mausoleum, which is makamnya Uncle Ho. Oh ya spt biasa gw ga masuk ke dalem :p karena tujuan utama cuma biar ga nyesel aja sampe di Hanoi tapi ga liat apa” :D 
HCM Mausoleum yang dijaga ketat
Ternyata di belakang Ho Chi Minh Mausoleum ada One Pilar Pagoda n Ho Chi Minh Museum, jadi sekalian liat" dari depan.
One Pilar Pagoda
HCM Museum
Perjalanan diteruskan ke West Lake -danau terluas di Hanoi- yang ternyata sungguh jauh dan menakutkan karena jalanannya mulai menyempit, Wi-Fi tak lagi terdeteksi, dan tak satupun turis yang nampak T_T Saat hampir menyerah, muncul semacem penjaga gedung military gitu, setelah bertanya dengan bahasa tubuh (ga bisa bhs Inggris dia), ternyata West Lakenya sudah di depan mata, yang ternyata nggak bangetttt --“ mulai menyesal membuang energi jalan kaki sejauh ini, mungkin sekitar 1 jam. Setelah melihat sekitar dan memastikan tak ada yang bisa dilihat dsini, gw berjalan menyusuri sepanjang West Lake sambil melihat adakah mobil hijau yang mau mengangkut diriku balik ke hotel. Tak terasa tiba” gw sampai di jalan besar yang ternyata tadi uda gw lalui waktu naik bus dari airport ke kota.. That means gw uda ngelilingin kota ini cukup jauhhh *shocked* Tapi untunglah ketemu sama si mobil hijau, dan kembalilah gw ke Hoan Kiem Lake, muter" sebentar, lalu jalan kaki ke hotel yang jaraknya cukup deket.
West Lake
Hoan Kiem Lake
Hoan Kiem Lake - The Huc Bridge
 Around Hoan Kiem Lake

Sore menjelang malam di sekitar danau ini dipenuhi orang lokal dan juga turis. Ada yang senam, piknik, olahraga, dan paling banyak yg pacaran --“ Honestly, danau ini ga indah” banget sih, memang suasananya cukup asri n enak buat jalan”, tapi ya berhubung nilainya uda cukup tinggi karena masuk top list tempat yang wajib dikunjungi kalo ke Hanoi, yaa jadinya mau ga mau kesini juga :D lagian kalo tinggal di Old Quarter, mau kluar masuk pasti ketemu si Hoan Kiem Lake ini.

Day 2, Hanoi – Halong City – Hanoi by bus
Trip hari ini ke Halong City (not Halong Bay), sayang sekali disini ga ada apa”. Cuma dari perjalanan bus selama 3,5 jam, selama ½ jam terakhir pemandangannya cukup menghibur. Bagian belakang Halong Bay :D Oh ya sedikit tips buat yang mau ke Halong City naik public bus jurusan Hanoi – Halong City, pastikan mau turun dimana. Karena lagi” kita tersesat disini –bersama 5 backpacker bule yang mau ke Cat Ba Island-, diturunin di perbatasan Bai Chay (kali ini si lokal kurang berguna) Alhasil terpaksa deh naxi ke kotanya. Argonya lumayan kuda, habis 240.000 VND lebih kurang 17km kali yah.. Dan yang bisa dilihat selama disini adalah jembatan Bai Chay yang langsung bisa kelihatan Halong Bay dr atas. Masih keliatan sedikit kapal” plus cave nya, yahh lumayan d ngintip sedikit Halong Bay meskipun ga masuk kesana :p Cuaca disini lebih dingin dr Hanoi.. >.< 
Terdampar di persimpangan Halong City
Pemandangan dari atas Bai Chay Bridge
Bai Chay Bridge should be like this at night - doc.Google
Setelah menghabiskan waktu hanya 1 jam di kota ini, dan berusaha mencari makanan tapi cukup suram, alhasil kembali lagi kita ke Hanoi naik bus, yang memakan waktu 4 jam krn ada sedikit accident ditengah jalan yang bikin macet. Fiuh, tua di jalan..

Some food at Old Quarter....
Pho Cuong
 Cha Ca La Vong
 Pho Sao
 Beef / Lamb / Pork BBQ
Note:
1. Untuk semua makanan diatas pasti sepanjang jalan banyak yang jual makanan serupa, cukup cari yang paling rame, pasti itu yg lebih enak.
2. Selain Pho Cuong, sebenerna ada pho yang lebih enak dan selalu rame di Bat Dan Street, cukup cari yang paling ramai, sebelahan sama Pho Sao.
3. Cha Ca La Vuong itu semacam ikan goreng yang dimakan pake rice noodle, n sayur"an. Rasanya OK, cuma harganya cukup mahal, 150.000 VND/ orang dan tidak mengenyangkan.
4. Pho Sao, semacam pho tapi tanpa kuah, macem kwetiaw siram, harus dimakan langsung selagi panas, sayangnya ini dibungkus jadi agak tak sedap dipandang. Harga 50.000 VND
5. Beef BBQ di Ma May Street, dimasak sendiri daging n bawang"annya, dimakan pake Banh Mi. Harga sekitar 100.000 VND / orang

Day 2-3, Hanoi – Da Nang by Gia Lam Train
Beberapa jam kemudian setelah sedikit berkeliling dan mencari makan di Old Quarter, kita bergegas ke train station buat ke Da Nang naik kereta jam 11 malem. Dan begitu masuk ke kereta, waw... tak bisa digambarkan dengan kata”! Tertipu gambar lagi T_T Omg.. Tak terbayangkan 14 jam di kereta macam ini.. 
Tapi setelah beberapa jam berlalu, ketika orang” mulai terlelap n kereta mulai gelap, ternyata tak seburuk yang dibayangkan..(ya iyalah gelap, jadi ga keliatan bobroknya :D) Yah hanya beberapa orang lokal yang sungguh mengganggu dengan celotehannya sepanjang jalan.. Thanks God seberang kursi gw turis bule..  Alhasil setelah 10 jam di kereta, pemandangannya mulai menghibur. Kereta mulai menanjak ke Hai Van Pass, melalui beberapa tunnel dan tampaklah Lang Co beach dari ketinggian (dari Hue ke Da Nang). Sayang sekali saat itu hujan, cuaca dingin n berkabut, jadi pemandangannya kurang jelas. Kalo cuaca cerah, pemandangannnya kayak begini (menit ke-5). 
View from Hai Van Pass should be like this
Sekitar jam 1.30 siang kereta sampai di Da Nang, disambut dengan hujan deras sepanjang hari. Kali ini rencana berkeliling gagal karena ujan n anginnya kenceng banget. Untunglah hotelnya kali ini bagus n nyaman (tapi tidak dgn breakfastnya yg non-all u can eat), Cuma sayang jauh dari pusat kota, tapi 1 menit jalan ke China Beach. Entahlah ini bagian mana China Beach tapi yang pasti tak ada manusia disini, selain karena cuaca yang buruk, juga ga ada apa” sepanjang pantai T_T 
Indochine Hotel
Tersesat di pantai ditemani hembusan angin yg super kenceng
Day 4, Da Nang – HCM by Jetstar
Rencana awal hari ini adalah meneruskan perjalanan ke Hoi An, sebuah ancient town yang cukup menarik minat banyak turis untuk berkunjung, tapi sayangnya beberapa hari ini Hoi An hujan sepanjang hari, n sayang banget kalo dipaksain kesana, padahal explorenya on foot. Ditambah lagi waktunya mepet kalo mau cari travel bus ke Hoi An, sementara public bus yang ada cukup mengerikan, cukup sesak dan kabarnya non lokal bakal dimintain bayaran lebih mahal. Ya sudah terpaksa seharian mendekam di Da Nang menunggu flight jam 8 malam. What to do? Bingung.. Disini yang cukup terkenal Cuma Cathedral, Cao Dai Temple, Cham Museum, Han Bridge, sama pantainya. Tapi berhubung angin masih super kenceng, jadi males jalan kemana”. Alhasil setelah check out dari hotel, menatap pantai tak berpenghuni sejenak, lalu mampir ke pinky Cathedral, istirahat sebentar di samping Han river sambil meratapi nasib Han Bridge yang tidak seindah di foto, dan perhentian terakhir adalah di Megastar nonton Mission Impossible *ROTFL* Pengalaman pertama nonton di bioskop Vietnam :D 
People called it Rooster Church
Han Bridge yang bisa berputar tiap jam 1 malam
:D
Akhirnya waktu yang ditunggu” telah tiba, kita bergegas ke airport Da Nang –yang cukup keren- dan kembalilah kami ke HCM tercinta.


Some foods in Da Nang..
Mi Quang, speciality food in Da Nang, dan rasanya cukup enak. 

Cao Lau, sebenernya makanan khas Hoi An, tapi berhubung ga jadi ke Hoi An tetep aja ngotot cari di Da Nang. Dengan harapan krn masih tetanggaan, rasanya masih belum terlalu jauh dari asalnya.. Tapi ternyata, biasa aja sih :p Mungkin lebih enak kalau di Hoi An langsung..
Kalo yang berikut ini ga dicobain, cuma  lucu aja namanya :p

Monday, December 5, 2011

One Night in Cambodia

"Ngapain ke Cambodia?" Itu pertanyaan yang ditanyain setiap orang waktu gw mau ke Cambodia. Pertanyaan keduanya : "Ada apaan di sana?"
Pertanyaan yang bagus, tapi sayang jawabannya jelek. "Numpang ngecap visa."
Setelah sebulan di Vietnam, gw harus perpanjang visa, dan harganya lumayan mahal USD 55. Jadi terpikir untuk keluar aja dari Vietnam n balik lagi, jadi kan ga perlu perpanjang visa, sekaligus dapet jalan" *big grin*. Lalu kemana? Yang terdekat dari HCMC ya Cambodia, 7 jam naik bus. Lalu rencananya nginep semalam trus besoknya pulang. Setelah dihitung", teorinya sih lebih murah. Teorinyaa... Prakteknya?? Mari kita buktikan..
Note : beberapa jam sebelum ke Cambodia, gw baru tau kalo harga yang dikasi agen ke gw itu mahal, harusnya di agen lain ga sampe segitu.. Tapi ya suda lha ya uda telat juga..

Sabtu, 3 Des 2011, 06.00 a.m
Penumpang bus Mai Linh Express uda nangkring di kantor Mai Linh di Pham Ngu Lao. Sempet deg-deg an awalnya, tapi belakangan uda lega waktu liat ada bule nongkrong, fiuhh.. Kirain satu bus bakalan lokal smua. (Fyi, kalo mau bus yg pure turis, lebih baik naik Mekong Express, tapi harganya lebih mahal $3 dibanding Mai Linh).

Bus berangkat jam 6.30 pagi, lalu tiba di border Vietnam (Moc Bai) sekitar jam 10. Oh ya, paspor kita uda dikumpulin n diurus sama pihak Mai Linh, jadi pas turun tinggal nunggu dipanggil namanya, lalu paspor dibalikin n balik ke bus.
Moc Bai (border Vietnam)

Beberapa detik kemudian, border Cambodia (Bavet) uda di depan mata. Kita turun lagi, lalu lewatin pihak imigrasi, cap jari, cap paspor, health check, lalu baliklah kita ke bus.
Beres sudah urusan imigrasi. That means, tibalah gw di Cambodia. Yay!! Tapi masih sekitar 3 jam buat sampe ke kota Phnom Penh T_T
Bavet (border Cambodia)
Lewat dari Bavet, sederetan casino di depan mata. Tapi ga mengundang selera sama sekali penampakannya :D Ga jauh dari casino, bus berhenti 25 menit buat makan siang. Berhubung uda baca blog orang yang ngasi tau kalo makanan di tempat pemberhentian itu ga enak, jadi gw uda bawa bekal n makan di bus.. hehehe.. Oh ya, fyi, bus Mai Linh ga ada toiletnya di dalem, tapi tenang aja, bus berhenti beberapa kali buat yang mau ke toilet, plus di imigrasi n tempat pemberhentian juga ada toilet.
Selain casino dan beberapa rumah dan toko kecil, pemandangan dilanjutkan dengan sawah dan hutan".Kurang lebih 3 jam kemudian, barulah kita tiba di kota Phnom Penh. 2 kata pertama yang keluar dari mulut gw "ngga banget..." :D yaahh masi blom sampe pusat kota sih, mungkin ini masi pinggiran, nasib naik bus deh. Coba kalo naik pesawat mungkin turun airport ga bgini.. Oh ya, sebelum sampe ke kotanya, kita perlu nyebrang sungai dikit naik ferry. 
Sekitar jam 2 kurang, akhirnya bus mendarat di kantor Mai Linh lagi, di daerah Olympic Stadium. Begitu keluar bus, banyak tuk-tuk (semacam becak bermotor) uda menunggu. Gara" masuk ke kantor Mai Linh buat beli tiket pulang, akhirnya si tukang tuk-tuk ngekorin terus. Setelah mengorek sedikit info dari supir tuk-tuk, tarif half day tour itu sekitar $10-15. Nanti dibawa puter" sama dia ke beberapa tempat wisata. Tapi berhubung gw uda bawa peta (modal ngeprint dari google maps) dan berdasarkan peta, jarak antar spot yang mw dikunjungi ga terlalu jauh n lama, jadi gw putuskan jalan kaki aja. Dengan menjanjikan si supir tuk-tuk besok baru kita telpon pake jasa dia (maaf ya pak supir, bukan janji palsu, abis kalo ga digituin dia maksa banget). Ingat tujuan utama, jadi harus hemat.. lol..
Total spent : $ 18 (tiket bus pp)

Oh ya, jadi rencananya, rute hari ini adalah :
Lucky Supermarket > Tuol Sleng > Independence Monument > Royal Palace, Silver Pagoda, National Museum > Sisowath Quay > Wat Phnom > Hotel.

Lucky Supermarket a.k.a City Mall
Ini perhentian pertama. Di peta tertulis Lucky Supermarket ada di deket Olympic Stadium, jadi kita menelusuri jalan sambil ditemani teriknya matahari. Sampe di depan rumah orang, iseng kita tanya biar lebih pasti. Tak disangka, orangnya cukup responsive, dia tunjukin arah ke Lucky Supermarket, dengan bahasa inggris yang much more better drpd orang Vietnam. Oh ya, ga usa takut ke sini, krn mereka rata" bisa berbahasa Inggris dengan jelas. Akhirna sampailah kita ke gedung yang ada tulisan Lucky Supermarket, tapi di sebrangnya, ada tulisan Lucky Dept.Store. Akhirna kita mengambil kesimpulan sendiri, kalo yang dimaksud adalah bukan yang Dept. Store. Di dalamnya semacem mall kecil, ada resto" n supermarket juga.
Lalu demi menghemat waktu, kita keluar n mulai ikutin peta ke Tuol Sleng. uda berjalan beberapa blok, sekitar 15 menitan, kok malah masuk perumahan kecil,. Bingung.. Akhirnya masuk ke pet shop n numpang tanya. Ternyata katanya buat ke Tuol Sleng lebih baik naik tuk-tuk karena jalannya susah dicari, belok" n masuk gang. Akhirnya mulai nyerah. Si penjaga pet shop plus seorang customer yg lagi belanja dengan baik hatinya manggilin kita tuk-tuk n bantuin nawar n jelasin kalo kita mau ke Tuol Sleng, trus tunggu bentar, lalu balikin kita lagi ke Lucky Supermarket. Deal dengan harga $4. Okay lha, soalna uda hopeless juga bingung mw  kemana, suru keluar dari perumahan itu lagi juga blom tentu bisa. Wong jalanan di peta ama aslinya beda, di peta lurus, tp aslinya jalannya berkelok". Mungkin orangnya bingung kenapa abis dari Tuol Sleng ke Lucky Supermarket.. Sudah pasti jawabannya satu, biar hemat.. lol.. Soalna dari Lucky Supermarket, ke spot" lain itu uda deket n tinggal lurus doank jalan kaki (based on the map).
Oh ya, sedikit lega meskipun kesasar, soalnya orang  sini rata" ramah n cukup baik. Setidaknya begitu yg gw liat setelah ketemu 2 orang pertama.
Supir tuk-tuk yang pendiam

para supir tuk-tuk yang sedang menanti mangsa
Tuol Sleng
Supir tuk-tuk yang kita tumpangin itu diam seribu bahasa (sepertinya dia ga bisa bhs Inggris), soalnya rata" supir tuk-tuk yg bisa ngmg Inggris pasti kepo nawarin city tour n nyerocos sepanjang jalan. yah lebih bagus gini deh jadi kita ga pusink nolaknya. Akhirnya tibalah si tuk-tuk di Tuol Sleng. Harus diakui, kalo tadi jalan kaki, mungkin sampenya bisa besok.. --" Ribet bener masuk-masuk gang kecil. Di peta rasanya ga seribet itu. Tapi ya sudahlah intinya da nyampe.
Tuol Sleng itu penjara kecil n tempat penyiksaan waktu jamannya Pol Pot. Info lengkapnya baca disini. Cukup menyeramkan cerita n foto" korbannya. Jadi gw ga ceritain panjang lebar secara gw jg ga brani baca ceritanya :D Di sana aja kaga berani masukin satu per satu ruangannya. Cuma liat sepintas aja. Untungnya pas dateng lumayan rame turis"nya jadi ga se horor yg gw bayangkan sebelumnya.
Spent : $2 (tiket masuk Tuol Sleng)

Lucky Supermarket
Selsai dari Tuol Sleng, sang tuk-tuk driver nganterin ke Lucky Supermarket. Sempet panik krn jalannya ga sama kayak tadi kita dateng. Trus tiba" kita diturunin di tempat yang beda sama tadi, pas baca, beneran tulisannya Lucky Supermarket, guede dan jelas. Liatin peta lagi dengan seksama, baru sadar ! OMG! Ini baru Lucky Supermarket yg beneran, sesuai ama di peta, which is di depannya ada toko" kayak yg tertulis di peta. So damn stupid, baru sadar ternyata tadi salah, bukan Lucky Supermarket yg tertulis di peta. Gara"nya sempet nanya orang kalo supermarket yg bagus disini cuma satu, Lucky Supermarket, kirain ya beneran cuma 1 biji. --" Pantesan tadi ke Tuol Slengnya ga sampe" wong salah patokannya.. Astaga....
Spent :  $4 (tuk-tuk)

Independence Monument
Setelah memastikan itu beneran Lucky yang dimaksud di peta, plus tanya" orang apa bener Independence Monument yang ada di peta ditulis ada di sebelah kanan, akhirna kita kluar n menuju kesana. Jarak Lucky Spmkt ke Independence Monument deket, skitar 15 menit jalan kaki, bahkan uda keliatan samar" dari depan Lucky. Soalnya ini cuma tugu aja semacem Monas kali yah.

Royal Palace, Silver Pagoda, National Museum
Perjalanan dilanjutkan ke tiga tempat ini yang ada di satu kawasan, kira" sekitar 20 menit jalan kaki kata si peta.  Kali ini jalannya enak, ada trotoarnya n adem, soalnya daerah kantor kedutaan :p ga kayak dari tadi yang panasnya sungguh tak mengenal toleransi. Dan satu yang pasti, lalu lintas disini jauh lebih tertib daripada di Vietnam. Ga ada pengendara motor naik di atas trotoar.
Setelah berkeliling, dan cukup yakin berada di jalan yang benar krn lewatin beberapa tempat spt yg tertulis di peta, akhirnya kita berhenti dibalik satu blok bangunan yang dikelilingi tembok tinggi, jadi ga kliatan apaan di dalem. Seharusnya sih Royal Palace. Di belakang blok itu jalanannya dipagar, tapi masih bisa masuk buat pejalan kaki. Alhasil bgitu melangkahkan kaki ke jalan itu sambil clingak clinguk, datenglah seorang polisi ato satpam gitu. Dalam hati, mampus deh gw pasti kaga bole masuk sebenernya. Soalnya ini kayaknya tempat semacam istana presiden gitu kali ya. Eh ternyata dengan ramahnya dia bertanya nyari apaan.. Fiuhhh... Trus intinya bener gw membelakangi kompleks Royal Palace n Silver Pagoda. Dia bilang kalo Royal Palace sekarang lagi tutup, lagi jam istirahat gitu deh. Dia juga cerita panjang lebar tentang si beberapa tempat yang kita tanyain, plus nunjukin arahnya. Trus nanyain juga kita dateng dr mana bla bla bla. Ternyata bener orang sini ramah", apa mungkin krn ini negara lagi berkembang, jadinya seneng bener kalo ada turis dateng kali yah. Oh ya waktu mau ke Lucky Supermarket palsu juga kita sempet ditunjukin jalan sama polantas gitu. Baik kan?
Okay, berhubung gw juga ga niat masuk ke Royal Palace, jadinya gw terusin perjalanan ke Sisowath Quay. Sempet terpikir, dodol juga ya, orang" ke Phnom Penh mau liat Royal Palace n Silver Pagoda, eh kita malah kaga masuk :D tapi emang uda pertanda ga bole masuk juga secara pas bener dia tutup. Lagian buat orang macem gw, kalo masuk ke dalem rasanya buang" $6.5 ke laut :p Oh ya ada National Museum juga di blakangnya yang ternyata juga lagi tutup. wkwkwk..
pintu belakang Royal Palace.. :D
Seharusnya, Royal Palace n Silver Pagodanya kayak gini penampakannya (hasil googling)
Royal Palace
Silver Pagoda

Sisowath Quay
Tonle Sap River
Jalan Sisowath Quay ini puanjang, pas disebelah Tonle Sap River. Sepanjang jalan ini dipenuhin sama tempat makan plus hotel" buat backpacker. Sore" gini banyak turis yang jalan disepanjang jalan ini, plus banyak orang local yg lari sore, ato sekedar ajak anak" main n jjs. Menurut nasehat orang" yang pernah kesini, daerah ini agak rawan. Dan ternyata benar! Tiba" ada cowo dateng nawarin mw fotoin, uda ditolak ga pergi" pula. Cukup mengerikan deh, ga bisa ngmg inggris pula jadi entah dia ngoce" apa. So, hati" aja di daerah sini. Tapi sepanjang jalan ini cukup asik kalo sore". Oh ya ada bendera" negara di sepanjang jalan ini, cuma sayang ga sempet itungin ada berapa negara :D yang pasti kita pas sadarnya percis dibawah bendera Indo. Ternyata tanpa disadari, masih ada sedikit jiwa nasionalisme dalam diriku *terharu*
pangkal jalanan Sisowath Quay, keren juga
kurang paham ini apa, ada di pangkal jalan Sisowath Quay

Ga sadar berapa lama jalan di Sisowath Quay, tiba" uda sampe di ujung. Niatan cari makan di sepanjang jalan ini tapi kok ga ada yang menggugah selera, banyakan bar n cafe" gitu tempat bule nongkrong. Ya sudah de, perjalanan diteruskan ke Wat Phnom, trus mau balik ke hotel (check in aja belom boro" balik) yg lokasinya deket Wat Phnom. dan disini mulai terjadi masalah. Petanya kabur ditiup angin!! *sigh* Waktu petanya kabur sih ga sadar, soalnya emg anginnya sepoi" di sepanjang jalan. Okay, setelah berusaha mengingat", harusnya Wat Phnom ga jauh dari ujung jalan Sisowath Quay. Akhirnya nanya sama polantas, berharap orangnya baik kayak tadi". Ternyata dia ga tau jalan n ngoper ke supir tuk-tuk. Si supir kasi tau jalan pake peta dia, dan uda tau nih naga"nya pasti mau nganterin. Eh bener aja, dia bilang "very far, go with my tuk-tuk" waduh.. kabur deh dengan sejuta alasan.

I found this while walking along Sisowath Quay.. Tutti Frutti!!

Wat Phnom
Kaki mulai keram. Lututpun cenat cenut. Matahari sore masih terik n menyilaukan mata. Akhirnya duduk sebentar di tengah" taman sekitar 5 menit, trus numpang tanya sama ibu" (setelah liat kiri kanan ga ada supir tuk-tuk) si ibu" jelasin panjang lebar, tapi pake bahasa dewa :D tp intinya sih uda deket n tinggal belok. Sampe ujung jalan sebelum berpencar arah sama si ibu" tadi, masi tetep ditunjukin suru belok.. Wah baik sih emang orang sini sejauh yg gw temuin. Dan akhirnyaaa.. Ketemu juga si Wat Phnom... Fiuh.. Jadi si Wat Phnom ini semacam temple yang dibangun diatas bukit buatan, di dalemnya ada berbagai macem stupa kali yah. Goggling aja kalo mau liat penampakan dalemnya. Seperti biasa, gw ga masuk ke dalem, mengingat kaki uda ga mendukung dan juga uda sore. Emang sih cuma bayar $1 buat turis (lokal gratis), tapi masalahnya ga tertarik juga buat masuk ke dalem :p yang penting uda liat dari luar. Enough for me *big grin*

nyolong dari google, hasil jepretan gw kepantul sinar
jam raksasa si Wat Phnom

Cara Hotel
Untungnya tadi sempet ngintip dari peta si supir tuk-tuk, jadinya ada gambaran dari Wat Phnom ke Hotel yang mau dituju. Dan akhirnya sampe juga di hotel. Waktu menunjukkan pukul 5.45 p.m. Berarti kaki ini uda dipake jalan sekitar 4 jam, dipotong waktu singgah di beberapa tempat mungkin sekitar 1 jam lebih. --"
Cara Hotel cukup OK, Setidaknya ga jauh dari review orang". Thanks to Agoda n Trip Advisor ^^. Dengan welcome drink segelas passion fruit plus handuk dingin rasanya cukup bikin mata melek. Sempet lemes juga liat di kiri kanan hotel ga ada tempat makan yang jelas. Akhirnya tanya ke resepsionis hotel, katanya tempat makan yang enak khas Cambodia (Khmer food) ada di Sisowath Quay, namanya Phnom Penh Restaurant. Sekitar 10 menit jalan kaki. Jadi setelah lempengin kaki n beberes, siap berangkat cari makan..
Spent : $ 12.4 (Seharusnya $37.4 tapi ada gratisan $25 voucher dari Agoda)

Viva Mexican & Khmer Restaurant
Setelah menyusuri kembali Sisowath Quay (kali ini datengnya dari blakang, alias ujung), tetep aja bingung mau makan apaan, secara jalanan itu uda mulai rame tp banyakan turis" asing minum" di bar (fyi, Angkor beer dsini menjamur, n harganya sama kyk air putih). Phnom Penh Resto (nama lengkapnya Titanic Phnom Penh Restaurant soalnya restonya di desain spt kapal) dalemnya sepi bener, n sepertinya bakalan mahal. Jadilah resto ini di-skip. Tapi akhirnya kita menemukan persinggahan terakhir, setelah melihat yang makan cukup rame (makan beneran bukan pada minum"), dan harganya cukup reasonable (ada menu plus harganya di depan resto). Berhubung uda sampe Cambodia, rasanya ga pas kalo ga makan Khmer Food, yaitu Fish Amok. Tapi pesennya sih Chicken Amok, steamed chicken dimasak curry gitu. Rasanya? Jiah ternyata kayak curry biasa, cuma agak manis, ga ada pedes"nya, n ga ada rasa pahit kayak curry di resto" india gitu. Satu macem lagi beef lok-lak, dan ternyata setelah si makanan dateng, yang nongol tidak lain tidak bukan adalah beef teriyaki :D Yah seperti itulah kira" yang dinamakan beef lok lak. Menyesal ? Ga juga sih, scara bingung juga mw makan apa, rasanya juga ok, porsinya sepadan sama harganya, n setidaknya uda tau yang namanya Khmer food kayak apa :D Tapi buat yang mau ke resto ini, bole dicoba mexican foodnya, spertinya menggiurkan.. soalnya turis" asing banyak yang mesen.. slurpp....
Spent : $5.5
Beef Lok Lak (left) - Chicken Amok (right)

Night Market
Sederetan bar" n cafe" di Sisowath Quay, ada night market buat yang mau belanja. Tapi dimana" yang namanya Night Market ya gitu" aja jual barang" murah, tapi mengingat katanya cukup rawan n barangnya juga yah paling gitu" aja *IMO*. Jadinya seperti biasa, saya hanya mengintip lalu keluar lagi.. lol..

Perut sudah kenyang, kaki sudah melemas, alhasil kembali ke hotel adalah pilihan yang tepat.

So, rute besok : Hotel > Nagawold Casino > KFC > Mai Linh office


Minggu, 4 Des 2011
Ada sedikit perubahan rencana dikarenakan bangun kesiangan. So, seusai breakfast di hotel yang rasanya std, perjalanan dilanjutkan langsung ke Mai Linh Office. Padahal penasaran pengen ngintip Nagaworld yang konon katanya casino terbesar dsini yang ga pake mesin. Oh ya, disini n Vietnam casino cuma buat pemegang paspor asing, secara pemerintahnya ga mau warganya ngabisin duit di meja judi.


Bermodal peta baru (hasil jarahan dari hotel) kita menelusuri jalanan menuju ke Olympic Stadium. Saat itu waktu menunjukkan pukul 11.45, sementara bus brangkat jam 13.00. Pokoknya tetep jalan kaki, sampe waktu mepet baru panggil tuk-tuk :D Di tengah jalan yang super duper panas, tiba" muncul KFC di sebelah jalan. Secepat kilat masuk n take away burger buat di bus, lalu jalan lagi melanjutkan perjalanan. Tanya kiri kanan, akhirnya mulai ketemu titik terang. Sayangnya jalanan kali ini serasa di daerah Jembatan Lima di Jakarta, jadi ga enak banget buat jalan deh. Itu gara" motong jalan biar cepet, tp terbukti kali ini perjalanan cukup singkat, sekitar 12.30 akhirnya kita tiba di daerah Olympic Stadium yang di ujungnya ada......CITY MALL!! OMG.. Ternyata itu yang kemaren gw kira Lucky Supermarket pertama kali adalah City Mall, yg didalemnya juga ada Lucky Supermarket. zzzzzzz.... Sebenernya ada tulisannya diatas, tapi berhubung kemaren matahari terik banget, gw kaga liat sampe ke atas --" so damn stupid.. Masuk sebentar beli eskrim, trus liat Lucky Burger, sempet menyesal harusnya cobain Lucky Burger, dipikir" kalo KFC dmana" pasti sama, sementara si Lucky Burger ini menjamur, n mungkin the best fast food dsini kali ya, secara si supermarket juga namanya Lucky, berarti yg punya grup yg sama n cukup besar disini.
City Mall
Dan akhirnya mendarat juga di Mai Linh Office, ketemu supir tuk-tuk yang sama kayak kemaren ngekorin kita, dengan muka BT karena ga di telpon :D

Spent : $2 (KFC + eskrim)

Phnom Penh - HCMC
Perjalanan balik sama seperti kemaren. Cuma bedanya kali ini tanpa turis asing. Menderita sekali smua orang local di dalem bus. Oh ya, sempet was was waktu mau nyebrang naik ferry, beberapa orang local turun beli mangga di pedangang asongan gitu, sampe akhirnya pedangang asongannya pada naik n banyak yang beli mangga. Tapi berhubung mangga di Vietnam masi jauh dari harum manis or Indramayu, gw urungkan niat untuk membelinya. Lagian repot nawarnya. Tapi setelah akhirna dikasi tau orang sini pas balik kalo mangga Cambodia itu enak, nyesel dikit sih :p Tapi kadang" selera orang sini perlu dipertanyakan. Mungkin mereka blom perna ke Indo n ketemu yg lebih enak dari yang mereka bilang enak :D
Alhasil setelah perjalanan yang cukup melelahkan, kita tiba di HCMC sekitar jam 7.30 p.m. Hurray..

Total Spent : $43.9
So, prakteknya, tetep masi lebih murah dari perpanjang visa di Vietnam *big grin* (tepatnya lebih murah dari harga yg dikasi agent yang mahal itu :p)

Sedikit tips buat berkunjung ke Cambodia:
1. Mereka cukup banyak yang bisa berbahasa Inggris, jadi ga perlu takut. Begitu juga petunjuk jalan, nama toko, n tulisan" lainnya, rata" selain tulisan cacing kelaparan yang melintir", juga disertai dengan bahasa inggrisnya.
2. Mata uang mereka bisa dalam Riel / USD. Jadi ga perlu repot" tuker uang sebelum kesini. Kalo bayar belanjaan dalam USD, biasanya kembalinya tetep USD tapi recehannya (sen) pake Riel. Nanti Rielnya dipake lagi aja waktu belanja tempat lain untuk bayar recehannya. Selain itu, kalo di perbatasan, kadang mereka masih terima VND, n cukup banyak money changer kecil"an di pinggir jalan kalo terpaksa nuker, tapi hati" mereka suka tetapin kurs sembarangan.
3. Jangan tanya jalan ato tampak tersesat n kebingungan kalo disekeliling ada supir tuk-tuk. Anda akan menjadi mangsa empuk mereka. Hohoho.. Kalau emang mau naik tuk-tuk, jangan lupa ditawar.
4. Hati" waktu berada di Night Market, Russian Market, ato market" apapun disana, plus di Sisowath Quay kalo malem", konon kabarnya agak rawan.
5. Ketika merasa tersesat, dan melihat kiri kanan tak ada turis asing alias bule, berarti Anda bener" tersesat. Tapi selama masih kelihatan cukup banyak turis asing bertebaran, Anda boleh mengelus dada, karena belum benar" tersesat.

Note : Sampai postingan ini selesai ditulis, beberapa bagian di kaki masih terasa cenat-cenut.

Yang tersisa dari Cambodia.........
Jalanan pulang yang mirip jembatan Lima, dipenuhi toko"
Daerah kedutaan, enak buat jalan
Banyak bangunan semacam ini di sepanjang jalan
Salah satu tempat pemberhentian, bisa jajan juga
Pemandangan di sepanjang jalan dari Bavet - Phnom Penh
      Plat mobil Cambodia              This one is cute, huh?